Tentang Uang

Manusia punya kemampuan menghasilkan barang dan jasa yang berbeda-beda. Untuk memenuhi berbagai macam kebutuhannya, mereka melakukan pertukaran.

Maka terciptalah sistem barter.

Ketika barang dan jasa menjadi amat beragam, barter menjadi sulit pula untuk dilakukan. Manusia lalu menyepakati satu atau beberapa jenis barang tertentu, seperti emas, untuk menjadi alat tukar yang akan memudahkan pertukaran.

Maka terciptalah uang komoditas.

Membawa emas dalam jumlah banyak untuk digunakan bertukar terkadang merepotkan dan juga berbahaya. Sekelompok manusia (yang akan kita sebut sebagai bankir) lalu menyediakan jasa penitipan emas, dan sebagai bukti penitipan dikeluarkanlah selembar kertas. Lembaran kertas inilah yang digunakan orang-orang untuk bertukar.

Maka terciptalah standar emas.

Bankir mengamati bahwa amat jarang sekali penyimpan emas menagih kembali emas simpanannya, karena mereka telanjur nyaman bertukar dengan kertas. Bankir lalu mencetak kertas-kertas lebih banyak untuk dipinjamkan kepada manusia-manusia yang memerlukan pinjaman.

Maka rusaklah standar emas.

Dengan berkembangnya zaman, sistem pemerintahan dan perekonomian semakin terlembaga. Bankir-bankir pencetak (uang) kertas secara resmi menjadi bank sentral. Manusia tetap menggunakan kertas-kertas itu untuk bertukar, karena sang penguasa menjaminnya, dan manusia percaya.

Maka terciptalah sistem uang fiat.

Setelah berjalan lama, manusia kembali berpikir. Menggunakan uang kertas kini juga terasa tidak nyaman. Maka sekumpulan bankir kembali menawarkan jasanya. Uang-uang kertas itu disimpan para bankir, dan sebagai gantinya mereka diberi sekeping kartu berisi chip yang mampu menyimpan data uang mereka. Manusia lalu menggunakan kartu itu untuk bertransaksi.

Maka terciptalah e-money.

Bankir kembali mengamati bahwa amat jarang sekali penyimpan uang menagih kembali kertas simpanannya, karena mereka telanjur nyaman bertukar dengan e-money. Bankir lalu menambah bit-bit data uang lebih banyak untuk dipinjamkan kepada manusia-manusia yang memerlukan pinjaman.

Maka inilah kecemasan saya.

Leave a Comment